Friday, October 28, 2011

askmwbt

Live with passion..
Life with love...

Tuesday, March 9, 2010

Uwais AlQarni: Terkenal Di Langit Tak Terkenal di Bumi




Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru,
rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan,
kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada
tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli
membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut
yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan,
tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan
tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti
ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru
dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata
Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah
dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan
karenanya. Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang
dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan
menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri serta berbagai
macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya,
memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik,
karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya
seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, dari
mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari
mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili
kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya
penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya
sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang
diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama
Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya
yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.
Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh
dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan
puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar
seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk
menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.
Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati
Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera
memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya
kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke
Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung.
Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan
cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru
datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan
kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.
Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk
bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang
cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu
yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera
dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini
akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu
hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada
beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan
musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk
bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya
dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah
beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat
membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya
selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.
Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi
hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi
menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa
terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan
Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di
rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa
menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan
kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju
Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.
Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir,
bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan
begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,
semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras
baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni
di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu
rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah
r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi
yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di
rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang
perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada
di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan
Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan
masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan
sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas
pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah
mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa
dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada
sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya
menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan
perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang
kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa
Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni
langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda
Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun.
Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang
mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan
ibunya terlalu lama. Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin
berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai
tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau
SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan
bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah
do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni
bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga
kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan
Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda
Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera
mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak
itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya
yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan
kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan
mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju
kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman,
segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan
menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan
bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di
perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi
menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,
Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya
Uwais sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais
menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu
berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk
membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais,
sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar !
Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,
siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban
itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah,
yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais
kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraan
mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah
sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat
itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali k.w. memohon agar Uwais berkenan
mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:
“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan
Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan
istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni
akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan uang
negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera
saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya
hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya,
biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar
beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh
Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus
dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami
sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin
berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan
selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami
memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di
atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai
waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu
kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah,
tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang
terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan
dihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah !
“katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal
dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal
satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami
lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,
sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu
orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban
asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah
nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di
kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim
oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah
kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”
tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat
di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam,
tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya
dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan
seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang
tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah
pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan
tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan
ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada
orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika
orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan
dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan
untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,
“ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari
mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat
penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah
tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah
orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa
pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.
Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya
orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan
orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan
ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap
melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.
Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais
al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang
tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba
dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan
penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah
kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya
mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk
mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman
mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi
tapi terkenal di langit.

credit to: http://fisan.wordpress.com/2007/03/18/uwais-alqarni-terkenal-di-langit-tak-terkenal-di-bumi/#comment-1603

Saturday, March 6, 2010

Imam Mahdi



NAMA IMAM MAHDI

Imam Mahdi sebenarnya adalah sebuah "nama gelaran" sebagaimana halnya dengan gelar khalifah, amirul mukminin dan sebagainya. Imam Mahdi dapat diertikan secara bebas bermakna "Pemimpin yang telah diberi petunjuk" Dalam bahasa Arab kata Imam = pemimpin, ataupun Mahdi = orang yang mendapat petunjuk.

Nama Imam Mahdi sebenarnya bernama Muhammad (seperti nama Nabi Muhammad S.A.W, nama bapanya pun sama seperti nama bapa RASULULLAH S.A.W, iaitu Abdullah. Nama Imam Mahdi sama dengan RASULULLAH S.A.W. iaitu Muhammad bin Abdullah.

Dalam ajaran Islam, Imam Mahdi (b. Arab: المهدي al-Mahdī) ialah seorang Muslim berusia muda yang akan dipilih oleh Allah S.W.T. untuk menghancurkan semua kezaliman dan menegakkan keadilan di muka bumi sebelum datangnya hari kiamat.

Hal ini diterangkan sangat jelas dalam sebuah hadis nabi yang di riwayatkan oleh Thabrani.

Telah bersabda Rasulullah s.a.w, “Sungguh, bumi ini akan dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kezaliman serta kesemena-menaan itu telah penuh, maka Allah s.w.t. akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari umatku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya seperti nama bapaku (Muhammad bin Abdullah). Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi) telah dipenuhi sebelum itu oleh kezhaliman dan kesemena-menaan. Di waktu itu langit tidak akan menahan setitis pun dari titisan airnya, dan bumi pun tidak akan menahan sedikit pun dari tanaman-tanamannya. Maka ia akan hidup bersama kamu selama 7 tahun, atau 8 tahun, atau 9 tahun.” (HR. Thabrani).

Hadis lain yang menerangkan tentang kedatangan Imam Mahdi adalah sbb:

Telah bersabda Rasulullah s.a.w, “Pada akhir zaman akan muncul seorang khalifah yang berasal dari umatku, yang akan melimpahkan harta kekayaan selimpah-limpahnya. Dan ia sama sekali tidak akan menghitung-hitungnya.” (HR. Muslim dan Ahmad).

Kefahaman terhadap Imam Mahdi dalam Islam berbeza mengikut aliran Ahli Sunah Waljamaah dan Syiah.

CIRI-CIRI IMAH MAHDI

Tidak ada seorang pun di muka bumi ini yang mengetahui tentang Imam Mahdi dan ciri-cirinya, kecuali Rasulullah s.a.w. kerana Rasulullah dibimbing oleh wahyu. Oleh sebab itu bagi kita sebaik-baiknya tempat untuk merujuk tentang perkara ini adalah apa yang baginda Rasulullah katakan dalam hadis-hadisnya sbb:

Telah bersabda Rasulullah s.a.w, “Al-Mahdi berasal dari umatku, berkening lebar, berhidung panjang dan mancung. Ia akan memenuhi bumi ini dengan keadilan dan kemakmuran, sebagaimana ia (bumi ini) sebelum itu dipenuhi oleh kezaliman dan kesemena-menaan, dan ia (umur kekhalifahan) berumur tujuh tahun.” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim). Telah bersabda Rasulullah s.a.w, “Al-Mahdi berasal dari umatku, dari keturunan anak cucuku.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan al-Hakim)

KEMUNCULAN

Kemunculan Imam Mahdi bukan kerana kemahuan Imam Mahdi itu sendiri melainkan kerana takdir Allah yang pasti berlaku. Bahkan Imam Mahdi sendiri tidak menyedari bahawa dirinya adalah Imam Mahdi melainkan setelah Allah s.w.t. meng islahkannya dalam suatu malam, seperti yang dikatakan dalam sebuah hadis berikut. Telah bersabda Rasulullah s.a.w, "Al-Mahdi berasal dari umatku, yang akan diislahkan oleh Allah dalam satu malam." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Kemunculan Imam Mahdi akan di dahului oleh beberapa tanda-tanda sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadis berikut :

Aisyah Ummul Mukminin RA telah berkata, "Pada suatu hari tubuh Rasulullah s.a.w. bergetar dalam tidurnya. Lalu kami bertanya, 'Mengapa engkau melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan wahai Rasulullah?' Rasulullah s.a.w. menjawab, 'Akan terjadi suatu keanehan, iaitu bahwa sekelompok orang dari umatku akan berangkat menuju baitullah (Kaabah) untuk memburu seorang laki-laki Quraisy yang pergi mengungsi ke Kaabah. Sehingga apabila orang-orang tersebut telah sampai ke padang pasir, maka mereka ditelan bumi.' Kemudian kami bertanya, 'Bukankah di jalan padang pasir itu terdapat bermacam-macam orang?' Beliau menjawab, 'Benar, di antara mereka yang ditelan bumi tersebut ada yang sengaja pergi untuk berperang, dan ada pula yang dipaksa untuk berperang, serta ada pula orang yang sedang berada dalam suatu perjalanan, akan tetapi mereka binasa dalam satu waktu dan tempat yang sama. Sedangkan mereka berasal dari arah (niat) yang berbeda-beda. Kemudian Allah s.w.t. akan membangkitkan mereka pada hari berbangkit, menurut niat mereka masing-masing.'" (HR. Bukhary, Muslim).

Telah bersabda Rasulullah s.a.w, "Seorang laki-laki akan datang ke Baitullah (Kaabah), maka diutuslah suatu utusan (oleh penguasa) untuk mengejarnya. Dan ketika mereka telah sampai di suatu gurun pasir, maka mereka terbenam ditelan bumi." (HR. Muslim)

Telah bersabda Rasulullah s.a.w, "Suatu kaum yang mempunyai jumlah dan kekuatan yang tidak berarti akan kembali ke Baitullah. Lalu diutuslah (oleh penguasa) sekelompok tentara untuk mengejar mereka, sehingga apabila mereka telah sampai pada suatu padang pasir, maka mereka ditelan bumi." (HR. Muslim)

Telah bersabda Rasullah s.a.w, "Sungguh, Baitullah ini akan diserang oleh suatu pasukan, sehingga apabila pasukan tersebut telah sampai pada sebuah padang pasir, maka bagian tengah pasukan itu ditelan bumi. Maka berteriaklah pasukan bagian depan kepada pasukan bagian belakang, dimana kemudian semua mereka ditenggelamkan bumi dan tidak ada yang tersisa, kecuali seseorang yang selamat, yang akan mengabarkan tentang kejadian yang menimpa mereka." (HR. Muslim, Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah)

Telah bersabda Rasulullah s.a.w, "Akan dibaiat seorang laki-laki antara maqam Ibrahim dengan sudut Kaabah." (HR. Ahmad, Abu Dawud)

Telah bersabda Rasulullah s.a.w, "Suatu pasukan dari umatku akan datang dari arah negeri Syam ke Baitullah (Kaabah) untuk mengejar seorang laki-laki yang akan dijaga Allah dari mereka." (HR. Ahmad).


KEPIMPINAN IMAM MAHDI


Dalam hadis yang disebutkan di atas Imam Mahdi akan memimpin selama 7 atau 8 atau 9 tahun. Semasa kepemimpinannya Imam Mahdi akan membawa kaum muslimin untuk memerangi kezaliman, hinga satu demi satu kedzaliman akan tumbang takluk dibawah kekuasaanya. Kemenangan demi kemenangan yang diraih Imam Mahdi dan pasukannya akan membuat murka raja kezaliman (Dajal) sehingga membuat Dajal keluar dari persembunyiannya dan berusaha membunuh Imam Mahdi serta pengikutnya.

Kekuasaan dan kehebatan Dajal bukanlah lawan tanding Imam Mahdi oleh karena itu sesuai dengan takdir Allah, maka Allah swt akan menurunkan Nabi Isa dari langit yang bertugas membunuh Dajal. Imam Mahdi dan Nabi Isa akan bersama-sama memerangi Dajal dan pengikutnya, hingga Dajal mati ditombak oleh Nabi Isa di pintu Lod dalam kompleks al-Aqsa.


RUJUKAN


Wikipedia Bahasa Melayu
Wikipedia Bahasa Indonesia
Buku : "Umur Umat Islam, Kedatangan Imam Mahdi, dan Munculnya Dajjal” karya Amin Muhammad Jamaluddin. Penerbit Cendekia

Thursday, March 4, 2010

ASSALAMUALAIKUM WBT


SAYA SEDIKIT SEBANYAK DUKACITA DENGAN SESETENGAH ARTIKEL YANG DIAMBIL DARIPADA BLOG SAYA INI OLEH SESETENGAH BLOGGERS LAIN TANPA SEDIKIT KREDIT. BUKANLAH NIAT UNTUK DIBERIKAN PUJIAN ATAU TERIMA KASIH TAPI SEKURANG-KURANGNYA MINTALAH KEIZINAN. PADA PEMERHATIAN SAYA TERHADAP BEBERAPA BUAH BLOG, ADA DI ANTARA MEREKA MENGAMBILNYA TANPA SEBARANG EDITING DAN MENGAKU SEBAGAI HASIL KARYANYA.SAYA BERHARAP BAGI SESIAPA YANG ADA ASAS-ASAS AGAMA DAN NILAI-NILAI ESTETIKA KETIMURAN, BERIKAN SEDIKIT KEWAJARAN.
SALAM KEJIRANAN DAN SEKIAN ASKM WBT...


whos eat chilly,
so taste it!


YANG IKHLAS,
~~HAY~~

Tuesday, February 23, 2010

EMPAT MAZHAB AHLI SUNNAH WAL JAMAAH



Mazhab adalah bahagian pemikiran atau fiqah (memahami dan memahami) dalam ISLAM.
Dalam Islam sebenarnya ada banyak mazhab. Hal ini kerana ulama yang berkemampuan dari kalangan sahabat Nabi, tabiin dan tabi’ Al-Tabiin yang mempunyai cukup syarat dan keperluan berijtihad adalah ramai. Bagaimanapun, mengikut pendapat ulama Sunni, mazhab muktabar yang boleh dibuat pendapat dan beramal untuk umum cuma empat mazhab, mengikut qaul yang rajih.

Bagi Islam Sunah, terdapat 4 mazhab iaitu Syafie, Maliki, Hanafi dan Hanbali. Keempat-empat mazhab ini mempunyai peraturan, kaedah dan panduan yang sempurna lagi lengkap yang ditulis oleh mereka dalam kitab masing-masing. Ia menjadi bahan tidak ternilai dalam perbendaharaan undang-undang Islam. Mazhab lain, tidak mempunyai kaedah cukup yang dibukukan untuk dijadikan panduan dalam bidang perundangan sebagaimana yang empat tadi. Umat Islam di Malaysia, Brunei, Filipina, Thailand dan Indonesia kebanyakannya mengikuti mazhab Syafie.


MAZHAB HANAFI


Mazhab Hanafi diasaskan oleh Nu’man bin Tsabit. Beliau lahir pada tahun 80 Hijrah. Beliau adalah seorang berjiwa besar dan berakhlak tinggi. Beliau seorang yang bijak dalam ilmu pengetahuan. Cekap memberikan satu-satu keputusan bagi masalah yang dihadapi.

Oleh kerana beliau seorang berpengetahuan, bijak dan berakhlak mulia, maka dapat membuat perhubungan rapat dengan pembesar negara. Beliau mendapat tempat baik dalam masyarakat dan berjaya menyandang jawatan tinggi dalam pemerintahan.

Iman Abu Hanifah terkenal sebagai seorang alim dalam ilmu fiqh di Iraq. Beliau juga sebagai ketua ahli fikir (ahli ra’u). Golongan cerdik pandai pada masa itu menyifatkan beliau sebagai "akal dalam ilmu pengetahuan."

Ketika hayatnya, beliau dapat mengikuti pelbagai perkembangan ilmu pengetahuan, baik di bidang ilmu dan politik mahupun ilmu agama. Zaman beliau dikenali sebagai zaman pertumbuhan politik, agama serta ideologi dan ism yang pelbagai.

Beliau dapat hidup dalam dua zaman pemerintahan Umaiyyah dan Abbasiyah. Sesungguhnya Abu Hanifah seorang yang luas pemikiran dan banyak ilmu. Tetapi beliau sangat merendah diri. Beliau tidak terpedaya dengan fikirannya sendiri Mazhab Hanafi turut digelar mazhab yang sangat rasional.

Mazhab ini terkenal sebagai mazhab yang paling terbuka kepada idea moden. Mazhab ini diamalkan terutama sekali di kalangan orang Islam Sunni Mesir, Turki, sub-benua India dan sebahagian Afrika Barat, walaupun pelajar Islam seluruh dunia belajar dan melihat pendapatnya mengenai amalan Islam. Mazhab Hanafi merupakan mazhab terbesar dengan 30% pengikut.


MAZHAB MALIKI


Pengasas mazhab Maliki ialah Malik Bin Anas. Beliau lahir di kota Madinah pada tahun 93 hijrah. Imam Malik dilahirkan 13 tahun selepas kelahiran Imam Abu Hanifah. Sewaktu hidupnya, Iman Malik mengalami dua corak pemerintahan iaitu Ummaiyah dan Abbasiyah, di mana pertelingkahan sengit dua pemerintahan sering berlaku.Pada masa itu juga pengaruh ilmu pengetahuan Arab, Parsi dan Hindi tumbuh dengan suburnya di kalangan masyarakat. Iman Malik menghafaz al-Quran dan hadis Rasulullah. Ingatannya sangat kuat. Beliau mendengar hadis daripada guru. Kemudian terus disimpulkan tali bagi menyenangkan perhitungan bilangan hadis yang pelajarinya.


Pada permulaan hidupnya, Imam Malik bercita-cita menjadi biduan tetapi ibunya menasihatkan supaya beliau memadam hasrat itu. Ibunya kemudian mahukan anaknya mempelajari ilmu fiqh. Beliau menerima nasihat ibunya dengan baik. Iman Malik adalah seorang guru miskin. Pernah suatu hari, kayu bumbungnya rumahnya roboh. Beliau kemudian menjual kayu itu untuk mendapat sedikit wang untuk perbelanjaan hidupnya. Namun, Allah murahkan rezekinya hingga menjadi kaya. Dengan kedudukan itu, beliau memakai pakaian mahal dan bau-bauan yang baik. Imam Malik adalah seorang yang cergas dalam menuntut ilmu.


Beliau banyak membuat hubungan dengan ahli hadis dan ulama. Imam Malik dianggap sebagai ketua atau imam bagi ilmu hadis. Sanad (sandaran) yang dibawa oleh beliau, termasuk salah satu sanad terbaik dan benar. Imam Malik adalah seorang yang dipercayai, adil dan kuat ingatannya serta cermat dan halus memilih rawi-rawi hadis. Pendek kata, Imam Malik adalah orang yang tidak diragui dalam konteks ini. Imam Malik tetap berpegang teguh pada ajaran Rasulullah bahawa hadis itu petunjuk dan penyuluh kepada manusia. Seseorang tidak harus meninggal dan membelakangkannya.


Sebelum Imam Malik menjadi guru, beliau terlebih dahulu mendalami ilmu yang dipelajarinya hingga kadang-kala tidak tidur. Selepas fikirannya matang dan benar-benar berkebolehan, barulah beliau mengajar. Hukum fiqh yang diberikan oleh Imam Malik berdasarkan al-Quran dan hadis. Imam Malik menjadikan hadis sebagai pembantu bagi memahami al-Quran. Beliau juga sangat cermat dalam memberi penerangan dan hukum. Imam Malik berfikir panjang sebelum memberi satu-satu hukum atau fatwa.


Beliau pernah berkata: “Kadang-kala aku berjaga satu malam suntuk untuk mencari jawapan bagi satu-satu soalan yang dikemukakan kepada aku.” Apabila beliau ditanya satu-satu hukum, beliau terus berkata kepada penanya : “Pulanglah dulu supaya aku dapat berfikir.” Ramai manusia merendah-rendahkan Imam Malik kerana beliau melewat-lewatkan menjawab sebarang pertanyaan. Imam Malik menangis dan berkata “Aku bimbang kerana aku akan disoal satu hari nanti (hari kiamat)”. Mazhab Maliki turut digelar sebagai mazhab yang terlalu tradisional.

Mazhab Maliki diamalkan di Utara Afrika dan sebahagian Afika Barat. Mahzab ini mempunyai bilangan pengikut kedua teramai iaitu lebih kurang 25% daripada Muslim.


MAZHAB SYAFIE


Mazhab Syafie diasaskan oleh Muhamad bin Idris Al-Syafie. Beliau dilahirkan pada tahun 105 hijrah di sebuah bandar yang bernama Ghizah di Palestin. Inilah tarikh paling masyhur dikalangan ahli sejarah. Imam Syafie adalah keturunan Bani Hashim dan Abdul Mutalib. Keturunannya bertemu dengan keturunan Rasulullah di sebelah datuk Baginda iaitu Abdul Manaf.

Beliau seorang miskin, tetapi kaya dengan semangat dan bercita-cita tinggi dalam menuntut ilmu. Beliau banyak mengembara dalam menceduk dan menimba ilmu. Imam Syafie dianggap seorang yang dapat memadukan antara hadis dan fikiran serta membentuk undang-undang fiqh. Pada permulaannya beliau cenderung dalam bidang sastera dan syair, tetapi mengubah pendiriannya kepada mempelajari ilmu fiqh dan hadis hingga ke tahap paling tinggi.

Imam Syafie ialah imam ketiga mengikut susunan tarikh kelahiran mazhab empat serangkai. Beliau adalah penyokong kepada ilmu hadis dan pembaharuan agama (mujaddid) bagi abad yang ke-2 hijrah. Imam Ahmad Bin Hanbal pernah berkata: “Diceritakan kepada Nabi Muhamad bahawa Allah menghantar kepada umat ini seorang pembaharu kepada agama, Umar Bin Abdul Aziz dihantar untuk abad yang pertama dan aku harap Imam Syafie adalah mujadid abad yang kedua.”

Ketika muda, Imam Syafie, hidup dalam kemiskinan, hingga beliau terpaksa mengumpul batu-batu, belulang, pelepah tamar dan tulang untuk ditulis di atasnya. Beliau kadang-kala terpaksa ke tempat perhimpunan orang ramai meminta kertas untuk menulis pelajarannya.

Imam Syafie menghafaz al-Quran dengan mudah iaitu ketika masih kecil lagi. Beliau menghafaz dan menulis hadis. Beliau sangat tekun mempelajari kaedah dan nahu bahasa Arab. Untuk itu, beliau pernah mengembara ke kampung dan tinggal bersama puak Hazyal selama 10 tahun. Hal ini kerana puak Hazyl terkenal sebagai kabilah yang paling baik bahasa Arabnya.

Imam Syafie banyak menghafaz syair dan qasidah daripada puak Hazyl. Beliau juga banyak menumpukan masa dan tenaganya kepada sastera dan sejarah pada masa mudanya. Namun, Allah menghendaki dan melorongkan kepadanya dalam bidang ilmu fikah.

Antara sebabnya, pada suatu hari Imam Syafie bersyair sambil menunggang kuda bersama seorang lelaki. Lalu berkata lelaki itu : “Tidak sesuai engkau bersyair kerana itu boleh menjatuhkan maruah. Alangkah baiknya belajar ilmu fiqh?” Kata-kata itu sangat memberi kesan kepada Imam Syafie. Sejak itu beliau menumpukan masa dan tenaga kepada ilmu fiqh.

Salah seorang guru Imam Syafie dalam pelajaran ilmu fiqh dan hadis ialah Imam Malik. Antara guru Imam Syafie selain Imam Malik ialah mufti dan faqih Mekah iaitu Muslim bin Khalid az-Zanji, dan Syaikhul Muhaddisin Sufyan bin Uyaynah.

Ilmu fiqh yang dibawa oleh Imam Syafie adalah satu zaman perkembangan ilmu fiqh dalam sejarah perundangan Islam. Hal ini kerana beliau yang menghimpun atau menyatukan ilmu fiqh ahli akal dan fikir dengan ilmu fiqh ahli akal dan hadis. Ilmu fiqh Imam Syafie adalah ikatan sunnah dan qias serta pemikiran dengan beberapa pertimbangan dan sekatan. Hal ini demikian kerana ilmu fiqh yang menetapkan cara atau peraturan untuk memahami al-Quran dan hadis. Ia juga menetapkan kaedah pengeluaran hukum dan kesimpulannya.

Lantaran itulah beliau berhak dianggap penaja bagi ilmu usul fiqh. Mazhab Syafie merupakan jalan tengah bagi Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki. Imam Syafie sendiri pernah berfahaman Maliki dan Hanafi.

Mazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir bawah, Arab Saudi bagian barat, Syria, Indonesia, semenanjung Malaysia, pantai Koromandel, Malabar, Hadramaut, dan Bahrain.


MAZHAB HANBALI


Pengasas mazhab Hanbali ialah Ahmad bin Mohamad bin Hanbal. Beliau lahir di bandar Baghdad pada tahun 164 hijrah. Ibnu Hanbal dari keluarga miskin. Sewaktu bapanya meninggal dunia, keluarganya tidak ditinggalkan harta yang banyak kecuali sebuah rumah kecil yang didiaminya. Untuk menampung kehidupan, beliau terpaksa bekerja di kedai jahit.

Ibnu Hanbal menuntut ilmu sepanjang hayatnya. Beliau mempelajari hadis hingga menjadi seorang imam.

Seseorang pernah berkata kepadanya: “Sampai bilakah engkau hendak menuntut ilmu? Padahal engkau sudah mencapai darjat paling tinggi dan engkau telah menjadi imam bagi seluruh umat Islam?” Imam Ibnu Hanbal menjawab: “Aku menuntut ilmu dari hujung dunia hingga ke pintu kubur.” Memang benar beliau tidak pernah jemu menuntut ilmu sepanjang hayatnya.

Imam Syafie adalah salah seorang guru beliau. Ibnu Hanbal bertemu Imam Syafie di Hijaz, sewaktu beliau menunaikan haji. Pada waktu itu, Imam Syafie mengajar di Masjidil Haram. Ibnu Hanbal mempelajari ilmu daripadanya. Mereka kemudian bertemu kali kedua di Baghdad. Imam Syafie menasihatinya supaya mengikutnya ke Mesir. Imam Ibnu Hanbal bercadang mengikutinya tetapi niatnya tidak kesampaian.

Mazhab ini kebanyakannya diamalkan oleh masyarakat Islam di Semenanjung Arab.

Thank You, ALLAH SWT...
~for making us Muslims,
~with the best of blessings,
~bestowed upon any human being,
~listening and obeying to the One and Only True Being...


Thursday, February 18, 2010

Sifat 20 Bagi ALLAH SWT




Sifat-sifat Allah yang wajib diketahui oleh orang-orang Islam yang terkandung di dalam al-Quran berjumlah 20 sifat. Termasuk juga sifat-sifat Mustahil yang wajib diketahui.

BIL : 1
SIFAT WAJIB : WUJUD
MAKNA : Ada
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu ada. Mustahil Allah itu tiada.

BIL : 2
SIFAT WAJIB :QIDAM
MAKNA : Sedia
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu sedia ada. Mustahil didahului oleh Adam (tiada)

BIL : 3
SIFAT WAJIB : BAQA
MAKNA : Kekal
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu bersifat kekal. Mustahil ia dikatakan fana (binasa)

BIL : 4
SIFAT WAJIB : MUKHALAFATUHU LILHAWADIS
MAKNA : Tidak sama dengan yang baharu
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu tidak mempunyai sifat-sifat yang baharu yakni dijadikan dan dihancurkan. Mustahil bersamaan dengan yang baharu.

BIL : 5
SIFAT WAJIB : QIYAMUHUU BINAFSIH
MAKNA : Berdiri dengan dirinya sendiri
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu bersendiri. Mustahil tidak berdiri dengan dirinya sendiri atau berdiri pada lainnya.

BIL : 6
SIFAT WAJIB : WAHADAANIYAT
MAKNA : Esa
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu Maha Esa Dzat-Nya, Esa sifat-Nya dan esa juga perangai-Nya. Mustahil ia mempunyai Dzat, sifat dan perangai yang berbilang-bilang.

BIL : 7
SIFAT WAJIB : QUDRAT
MAKNA : Kuasa
SIFAT MUSTAHIL : Alah Taala itu Maha Berkuasa. Mustahil Allah itu lemah atau tidak berkuasa.

BIL : 8
SIFAT WAJIB : IRADAT
MAKNA : Menentukan
SIFAT MUSTAHIL : Allah itu Menentukan segala-galanya. Mustahil Allah Taala itu terpaksa dan dipaksa.

BIL : 9
SIFAT WAJIB : ILMU
MAKNA : Mengetahui
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu amat mengetahui segala-galanya. Mustahil Allah tidak mengetahui.

BIL : 10
SIFAT WAJIB : HAYAT
MAKNA : Hidup
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu sentiasa hidup yakni sentiasa ada. Mustahil Allah Taala itu tiada atau mati.

BIL : 11
SIFAT WAJIB : SAMA
MAKNA : Mendengar
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu tidak tuli (pekak). Mustahil Allah tuli atau tidak mendengar.

BIL : 12
SIFAT WAJIB : BASAR
MAKNA : Melihat
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu sentiasa melihat. Mustahil Allah Taala itu buta.

BIL : 13
SIFAT WAJIB : KALAM
MAKNA : Berkata-kata
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu berkata-kata. Mustahil Allah Taala itu tidak bercakap atau bisu.

BIL : 14
SIFAT WAJIB : QOODIRUN
MAKNA : Maha Kuasa
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu amat berkuasa sifatnya. Mustahil bagi Allah memiliki sifat lemah atau tidak berkuasa.

BIL : 15
SIFAT WAJIB : MURIIDUN
MAKNA : Menentukan
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu berkuasa menentukan apa yang dikehendakinya. Mustahil sifatnya terpaksa atau dipaksa.

BIL : 16
SIFAT WAJIB : AALIMUN
MAKNA : Maha Mengetahui
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu maha mengetahui. Mustahil Allah Taala itu jahil atau tidak mengetahui.

BIL : 17
SIFAT WAJIB : HAYUUN
MAKNA : Hidup
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu Maha Hidup dan menghidupkan alam ini. Mustahil pula Allah itu mati.

BIL : 18
SIFAT WAJIB : SAMI'UN
MAKNA : Mendengar
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu maha mendengar. Mustahil jika Allah Taala tidak mendengar atau tuli.

BIL : 19
SIFAT WAJIB : BASIIRUN
MAKNA : Melihat
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu melihat semua kejadian di muka bumi. Mustahil jika sifat Allah itu tidak melihat atau buta.

BIL : 20
SIFAT WAJIB : MUTAKALLIMUN
MAKNA : Maha Berkata-kata
SIFAT MUSTAHIL : Allah Taala itu berkata-kata. Mustahil jika Allah Taala bisu atau tidak boleh berkata-kata.

~credit to http://www.ipislam.edu.my~

Tuesday, February 9, 2010

10 Sahabat Yang Dijamin Masuk Surga



Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga (Asratul Kiraam).

1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang (Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah bersama kita”. Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadiets.

2. Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul (tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.

5. Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6. Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

7. Sa’ad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

8. Sa’id Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.

9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

~credit to Tim dakwatuna.com~